Banner Ads

KENALI DIRI ANDA

Oleh : Hermansyah Putra Panjaitan

Dinamika kehidupan memang kadangkala membuat kita seperti merasa bermimpi dan kadangkala membuat kita takut untuk menghadapinya. Bermimpi yang indah dan mengasyikkan bisa membuat kita lupa dengan kenyataan, namun ketika kita sadar dari impi indah tersebut ada timbul rasa kaget dan penyesalan. Apa yang membuat rasa kaget dan penyesalan itu uncul? Jawabannya tak lain dan tak bukan adalah kehidupan nyata tidak lebi baik dari mimpi itu sendiri.

Bagi kita yang masih duduk di bangku kuliah, kadang kala mungkin kita pernah disuguhi berupa penjelasan dari dosen-dosen yang sangat menjanjikan, tak sedikit dari kita berujung pada sebuah sikap yang dinamakan “menghayal”. Yaitu menghayalkan sesuatu yang terfikirkan oleh otak kita setelah kita menyerap omongan dosen tadi.

Berhayal bisa saja menimbulkan sikap positif dalam hidup, namun tak dapat disangkal juga bahwa menghayal dapat menimbulkan bomerang bagi kita, bahkan bisa dikatakan menghayal itu lebih banyak mudhoratnya dari pada manfaatnya. Sehingga dengan kejadian tersebut ada sebuah ungkapan yang mengatakan: “Jangan bermimpi terlalu tinggi jika takut diwaktu jaga”. Artinya adalah bahwa kita sangat dan amat sangat terlarang untuk menghayal (bermimpi) pabila yang kita hayalkan tidak sesuai dengan apa yang telah kita usahakan. Jangan bermimpi punya rumah dan mobil mewah jikalau kerja kita hanya tidur dan makan saja, jangan bermimpi jadi seorang sarjana yang berkualitas jikalau taunya hanya bermain dan tak mau Belajar (B besar).

Ulama terdahulu pernah mengatakan “banyak berhayal dapat membutakan mata hati”. Saya kira hal itu sangat wajar dan masuk akal adanya, kebanyakan berhayal bisa mengakibatkan kita malas untuk berbuat karena sudah terpukau oleh kenikmatan hayalan tersebut.

Dalam pembahasan kita kali ini, saya mencoba untuk memaparkan masalah potensi diri. Dengan pengkajian potensi diri ini akan memudahkan kita untuk menggapai mimpi, sebab potensi diri ini merupakan awal dari segalanya. Sebelum kita mengenal orang, maka terlebih dahulu kita harus mengenal diri kita sendiri. Islam sendiri sudah mengajarkan hal tersebut dengan ungkapan: “Siapa yang ingin mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya, dan siapa yang mengenal Tuhannya, maka binasa lah ia”.

Sebelum kita melangkah lebih jauh, ada baiknya saya menjelaskan makna mimpi ini terlebih dahulu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “mim-pi” diartikan: pertama, sesuatu yang terlihat atau dialami dalam tidur; kedua, angan-angan. Dengan demikian kata “mim-pi” yang dimaksudkan pada pembicaraan kita kali ini adalah angan-angan.

Setelah kita mengetahui arti mimpi tersebut, maka yang menjadi persoalan adalah bagaimana menjadikan mimpi itu menjadi kenyataan, tidak menakutkan ketika terjaga dari mimpi. Perlu diketahui juga bahwa menjadikan mimpi itu sebuah kenyataan bukan berarti terwujud persis seperti apa yang dihayalkan walaupun kadangkala hal itu dapat terjadi, namun paling tidak diupayakan mendekati mimpi itu sendiri.

Kiat-Kiat

Bermimpi adalah sesuatu yang menyenangkan, dimana kita dapat berada pada puncak “tertinggi” seakan-akan dunia ini bagaikan surga kepunyaannya. Namun ketika terjaga, penyesalan dan tantangan hidup kembali hadir dalam kehidupan nyata. Untuk menghindari hal tersebut terulang kembali, maka saya akan memberikan beberapa kiat-kiat menjadikan mimpi itu menjadi kenyataan.

Adapun kiat-kiat tersebut adalah: berupa konsep A+B+C+D=1

1. A-lat

Kita menyadari bahwa semua insan dalam dunia kerjanya pastilah memiliki suatu alat yang dapat digunakan sebagai senjata ketika mencari kerja bahkan sesudah dia mendapatkan pekerjaannya. Petani memiliki suatu alat berupa cangkul dan sejenisnya, dokter memiliki alat berupa keahliannya dalam mengobati, dan lain sebagainya. Jika pak tani tidak memiliki alat pergi kesawah, maka akan sia-sialah dia berangkat kesawah, demikian juga bagi seorang dokter, pabila dia tidak memiliki alat dalam proses penyembuhan, maka akan berakibat fatal bagi pasien. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, jika kita ingin berbuat maka harus memiliki alat.

Semua orang pasti memiliki kelebihan dan hal itu tidak bisa dipungkiri. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana kita mengetahui suatu potensi yang ada dalam diri kita. Adapun caranya adalah:

a. Kenali diri sendiri

Coba buat pertanyaan, seperti: Apa yang membuat Anda bahagia, apa yang Anda inginkan dalam hidup ini, apa kelebihan dan kekuatan Anda, dan apa saja kelemahan Anda. Kemudian jawablah dengan jujur dan objektif. Bila perlu mintalah bantuan keluarga atau sahabat untuk menlai kelemahan dan kekuatan Anda.

b. Tentukan tujuan hidup

Tenukan tujuan hidup Anda baik itu tujuan jangka menengah maupun jangka panjang secara realistis. Realistis masudnya yang sesuai dengan kemampuan dan ompetensi Anda. Menntukan tujuan yang jauh boleh saja asal saja iikuti emangat untuk mencapainya.

c. Kenali motivasi hidup

Enyahkan fikiran yang bisa menghambat langah Anda mencapai tujuan. Setiap kali Anda menghadapi hambatan, jangan menyalahkan orang lain, lebih baik coba evaluasi kembali langkah Anda mungkin ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Kemudian melangkahlah kembali jika Anda telah menemukan jalan yang mantap.

d. Jangan mengadili diri sendiri

Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dalam mencapai tujuan Anda, jangan menyesali dan mengadili diri sendiri berlarut-larut. Hal ini akan membuang-buang waktu dan energi Anda. Bangkit dan tataplah masa depan, jadikan kegagalan sebagai pengalaman dan pelajaran untuk maju

Dari beberapa poin cara mengenal diri di atas, maka dimungkinkan Anda akan mengenali potensi yang ada dalam diri anda. Dengan demikian kita akan mendapatan suatu alat untuk menggapai mimpi kita. Jangan bermimpi jika kita tidak menemukan alat yang kita cari. Jadi yang dimaksud dengan kata “alat” di sini adalah potensi.

2. B-ekerja

Setelah kita memiliki alat, maka masalahnya adalah kemana alat itu akan kita gunakan? Di atas telah dijelaskan cara mengenal diri, sehingga dengan cara itu kita bisa mendapatkan alat yang kita butuhkan. Kuncinya adalah jangan takut untuk berbuat, walaupun hal yang dikerjakan itu tidak menghasilkan uang (materi). Namun itu adalah awal dari segalanya.

Jika potensi yang kita miliki misalnya hanya hafal surat al-fatihah, maka jangan ragu atau malu untuk mengajaran atau menyampaikannya pada orang lain. Sebab sesuatu yang kita kerjakan pasti akan menuai hasil walaupun tidak berupa materi.

Jadi kita tidak perlu ragu untuk berbuat jika kita sudah menemukan alat dalam diri kita. Dan bekerjalah dengan tekun dan sepenuh hati, pasti di depan “jalan” kita akan menuai hasil.

3. Cita-cita

Ketika kita sudah menemukan alat, kemudian alat tersebut dipergunakan dalam bekerja, tentunya untuk membangkitkan motivasi dalam menunjang pekerjaan kita, kita butuh yang namanya cita-cita. Cita-cita ini sama halnya dengan mimpi. Untuk lebih jelasnya lihat pada tulisan terahulu ketika membicarakan masalah definisi.

Dengan cita-cita ini akan dapat menimbulkan suatu nafas baru sehingga kita dapat mewujudkan yang dicita-citakan. Namun harus diingat bahwa bahwa dalam menentukan cita-cita jangan ketinggian alias muluk-muluk. Satu-satunya cara adalah menyesuaikan cinta-cita dengan potensi yang kita miliki. Tujuannya agar kita tidak kembali pada penyesalan yang selama ini pernah terjadi.

4. Do’a

Sebagai orang yang beragama, tentunya kita tidak melupakan Dia Sang Pencipta. Dalam kehidupan ini kita hanya dituntut untuk merencanakan dan berbuat, namun tak dapat disangkal bahwa Tuhan adalah penentu segalanya. Tapi yang jelas kita tidak perlu ragu dan takut, sebab apa yang kita usahakan pasti akan kita dapatkan. “Man jadda wa jadaa” demikian kata-kata yang termaktub dalam konsep Islam. Maka dari itu, sebagai sosok seorang yang beriman, seyogianyalah di samping usaha yang kita buat, tak luput juga kita panjatkan do’a kepada Tuhan semoga apa yang kita inginkan dapat tercapai.

Analisis

Dalam ilmu matematika dikenal adanya istilah pengurangan, perkalian, pembagian, tambahan, dan sebagainya. Kali ini kita akan mengkaitkannya dengan istilah perkalian.

Ada suatu konsep di dalam ilmu matematika bahwa angka nol (0) jika dikalikan dengan jumlah ribuan bahkan sampai bilangan tak terhingga akan menghasilkan nilai nol (0) juga. Tapi jikakalau misalkan angka 1 dikalikan dengan angka-angka yang lain akan menemukan hasil yang berbeda-beda.

Merujuk pada konsep di atas (AxBxCxD=1) artinya A(1)x B(0)x C(0) xD(0)=1. Dalam kehidupan kita di dunia ini mesti dan senantiasa dalam pergulatan/persaingan hidup, siapa yang banyak menemukan potensi dalam hidupnya maka dialah yang menang (mengapai mimpi), dan sebaliknya siapa yang tidak menemukan potensi dalam dirinya maka dialah yang kalah.

Digambarkan dalam konsep di atas bahwa A(1) maksudnya adalah kita sudah menemukan satu alat dalam diri kita, jika A-lat itu kita gunakan untuk B-ekerja demi menggapai sebuah C-ita-cita serta dibarengi dengan D-o’a maka akan mendapatkan suatu nilai atau hasil yang baik. Dalam konsep tersebut digambarkan hasilnya dengan angka 1. kenapa (1) satu ? karena A-lat yang kita punya hanya (1) satu.

Agama menganjurkan kita untuk senantiasa mencari jati diri dengan cara mengenali diri kita sendiri (lihat konsep tasawuf), tujuannya adalah untuk menjadikan kita selamat di dunia dan selamat di akhirat, esensinya adalah sejahtera di dunia dan sejahtera di akhirat. Semakin banyak kita menemukan potensi dalam diri kita maka semakin banyak pula A-lat yang kita gunakan dalam bekerja, dan semakin mudah pula kita menggapai mimpi-mimpi.

Mari kita lihat satu contoh untuk menguatkan konsep di atas. Ada seseorang yang mahir dalam bidang bahasa Inggris, ketepatan orang tersebut lulusan pendidikan bahasa Inggris. Setelah lulus orang tersebut diterima mengajar disuatu lembaga pendidikan menengah atas (SLTA) kemudian dengan keahliannya dibidang bahasa Inggris tersebut orang itu mentrasfer ilmunya kepada para siswa. Setelah orang tersebut melaksanakan pekerjaannya sekian tahun, maka pengalaman dalam mentransfer ilmupun didapatkannya, sehingga dengan kemampuannya dalam penyampaian itu dapat memudahkan siswa/I dapat memahami dengan mudah maka orang tersebut dipanggil untuk mengajar di sekolah lain. Alhasil, orang tersebut dikenal dan namanya melejit di dunia pendidikan, dan berujung pada kenaikan jabatan.

Dari contoh di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa secara konsep kita sudah menemukan 1 (satu) A-lat namun tidak menutup kemungkinan kita angkan mendapatkan hasil yang ganda. Kenapa demikian ? ini semua adalah janji Tuhan kepada hambanya yang sudah dituangkan dalam Kalam-Nya “Innama’al ‘Usri yusroo” yang artinya “setiap satu kebajikan maka akan mendapat dua kemudahan”. Ketika kita menggunakan 1 (satu) A-lat yang kita miliki kepada hal-hal yang positip (baik) maka ganjaran yang diberikan Tuhan bukan hanya satu bahkan dua kemudahan.

Jika demikian adanya maka sebagai seorang calon ilmuan maka sudah sewajarnya bahkan wajib untuk menemukan A-lat dalam diri kita. Bukankah dengan bersekolah adalah satu cara mendapatkan A-lat tersebut?. Nah, tinggal permasalahannya sekarang adalah seserius apa kita dalam menggapai A-lat tersebut dan bagaimana kita membungkus alat itu seindah mungkin.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan bisa menambah semangat baru dalam berusaha menemukan potensi diri kita. Demikian, wallohua’lam bishshowaf.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger