Banner Ads

Letak Geografi

Kota Tanjungbalai merupakan salah satu daerah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kota Tanjungbalai berada pada 2058’00’’ Lintang Utara, 99048’00” Bujur Timur dan 0 – 3 m dari permukaan laut.

Kota Tanjungbalai menempati area seluas 6.052,90 Ha yang terdiri dari 6 Kecamatan dan 31 Kelurahan definitif. Karena merupakan pecahan dari Kabupaten Asahan, sekeliling Kota Tanjungbalai berbatasan dengan wilayah Kabupaten Asahan. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanjungbalai – Kabupaten Asahan, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat – Kabupaten Asahan, di sebelah Barat juga berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat – Kabupaten Asahan, dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sei Kepayang – Kabupaten Asahan.

Pintu Ke 7 Neraka

Pintu Ke 7 Neraka

"Neraka mempunyai tujuh pintu, untuk masing-masing pintu di huni (sekelompok pendosa yang ditentukan)" (Qs al Hijr :44)
Diriwayatkan bahwa ketika Jibril turun membawa ayat di atas tadi, Nabi saw memintanya untuk menjelaskan kondisi neraka. Jibril menjawab: "Wahai Nabi Allah, sesungguhnya di dalam neraka ada tujuh pintu, jarak antara masing-masing pintu sejauh tujuh puluh tahun, dan setiap pintu lebih panas dari pintu yang lain, nama-nama pintu tersebut adalah:

1. Hawiyah (arti harfiahnya: jurang), pintu ini untuk kaum munafik dan kafir.
2. Jahim, pintu ini untuk kaum musyrik yang menyekutukan Allah.
3. Pintu ketiga untuk kaum sabian (penyembah api).
4. Lazza, pintu ini untuk setan dan para pengikutnya serta para penyembah api.
5. Huthamah (menghancurkan hingga berkeping-keping), pintu ini untuk kaum Yahudi.
6. Sa'ir (arti harfiahnya: api yang menyala-nyala), pintu ini untuk kaum kafir.

Tatkala sampai pada penjelasan pintu yang ketujuh, Jibril terdiam. Nabi saww maminta Ia untuk menjelaskan pintu yang ketujuh, Jibril pun menjawab: "Pintu ini untuk umatmu yang angkuh"; yang mati tanpa menyesali dosa-dosa mereka.

Lalu, Nabi saw mengangkat kepalanya dan begitu sedih, sampai beliau pingsan. Ketika siuman beliau berkata: "Wahai jibril, sesunggguhnya engkau telah menyebabkan kesusahanku dua kali lipat. Akankah umatku masuk Neraka?"

Kemudian Nabi saw mulai menangis. Setelah kejadian itu, beliau tidak berbicara dengan siapapun selama beberapa hari, dan ketika sholat beliau menangis dengan tangisan yang sangat memilukan. Karena tangisannya ini, semua sahabat ikut menangis.

Akankah kita masuk “Pintu ke 7 neraka”, konsekuensi adil dari dzat yang Maha Adil. Jalan menuju sorga berliku nan mendaki tapi saat sampai tujuan, maka akan mendapatkan keindahan yang "tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, tidak dapat dibayangkan oleh hati. Sedangkan jalan menuju neraka, indah mempesona..akhirnya sampai pada kondisi yang mengerikan..

Setting Pas Photo

Hallo, Bagi teman-teman yang mempunyai studio photo digital yang menggunakan printer biasa, mungkin teman-teman ada kewalahan dalam setting ukuran pas photo, berikut ini saya coba berikan "teknik wempi ntuk setting poto". Mudah-mudahan yang saya berikan dapat membimbing teman-teman untuk mengakalinya menggunakan pemrograman jsx dan merekamnya kedalam action yang ada pada Photoshop CS.

wempi-setting-pas-photo.zip

Peta Sumut dan Pembagian Kabupaten

Sejarah Singkat Kota Tanjungbalai

Sejarah Kerajaan Asahan dimulai dengan penobatan raja pertama kerajaan tersebut yang berlangsung meriah disekitar kampung Tanjung. Peristiwa penabalan raja pertama kerajaan Asahan tersebut terjadi tepatnya pada tanggal 27 Desember 1620, dan tanggal 27 Desember kemudian ditetapkan sebagai “Hari Jadi Kota Tanjungbalai” den-gan surat keputusan DPRD Kota Tanjungbalai Nomor : 4/DPRD/TB/1986 Tanggal 25 November 1986.
Mengenai asal usul nama kota “Tanjungbalai” menurut cerita rakyat yang ada di Tanjungbalai bermula dari sebuah kampung yang ada disekitar ujung tanjung di muara Sungai Silau dan aliran Sungai Asahan.
Lama kelamaan balai yang dibangun semakin ramai disinggahi karena tempatnya yang strategis sebagai bandar kecil tempat melintas ataupun orang – orang yang ingin bepergian ke hulu Sungai Silau. Tampat itu kemudian dinamai “Kampung Tanjung” dan orang lazim menyebutnya balai “Di Tanjung”.
Ditemukannya Kampung Tanjung kemudian menjadikan daerah itu menjadi semakin ramai dan berkembang menjadi sebuah negeri. Penabalan Sultan Addul Jalil sebagai raja pertama Kerajaan Asahan di Kampung Tanjung kemudian memulai sejarah pemerintahan Kerajaan Asahan pada tahun 1620.
Dalam catatan sejarah, Kerajaan Asahan pernah diperintah oleh delapan orang raja yang sejak raja pertama Sultan Abdul Jalil pada tahun 1620 sampai dengan Sultan Syaibun Abdul Jalil Rahmadsyah tahun 1933, yang kemudian mangkat pada tanggal 17 April 1980 di Medan dan di makamkan di kompleks Mesjid Raya Tanjungbalai.
Pertumbuhan dan perkembangan Kota Tanjungbalai sejak didirikan sebagai Gementee berdasarkan Besluit G.G. tanggal 27 Juni 1917 dengan Stbl.1917 No. 284, se-bagai akibat dibukanya perkebunan-perkebunan di derah Sumatera Timur termasuk daerah Asahan seperti H.A.P.M., SIPEF, London Sumatera (Lonsum) dan lain-lain, maka Kota Tanjungbalai sebagai kota pelabuhan dan pintu masuk ke daerah Asahan menjadi penting artinya bagi perkembangan perekonomian Belanda.
Dengan telah berfungsinya jembatan Kisaran dan dibangunnya jalan kereta api Medan – Tanjungbalai, maka hasil-hasil dari perkebunan dapat lebih lancar disalurkan atau di ekspor melalui kota pelabuhan Tanjungbalai.
Untuk memperlancar kegiatan perkebunan, maskapai-maskapai Belanda membuka kantor dagangnya di kota Tanjungbalai antara lain: kantor K.P.M., Borsumeij dan lain-lain, maka pada abad XX mulailah penduduk bangsa Eropa tinggal menetap di kota Tanjungbalai. Assisten Resident van Asahan berkedudukan di Tanjungbalai dan karena jabatannya bertindak sebagai Walikota dan Ketua Dewan (Voorzitter van den Gemeen-teraad).
Sebagai kota pelabuhan dan tempat kedudukan Assisten Resident, Tanjungbalai juga merupakan tempat kedudukan Sultan Kerajaan Asahan.
Pada waktu Gementee Tanjungbalai didirikan atas Besluit G.G. tanggal 27 Juni 1917 No. 284, luas wilayah Gementee Tanjungbalai adalah 106 Ha. Atas persetujuan Bupati Asahan melalui maklumat tanggal 11 Januari 1958 No. 260 daerah-daerah yang dikeluarkan (menurut Stbl. 1917 No. 641) dikembalikan pada batas semula, sehingga menjadi seluas 200 Ha.
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No. 9 tahun 1956, Lembaran Negara 1956 No. 60 nama Hamintee Tanjungbalai diganti dengan Kota Kecil Tanjung-balai dan Jabatan Walikota terpisah dari Bupati Asahan berdasarkan surat Menteri Dalam Negeri tanggal 18 September 1956 No. U.P. 15 / 2/ 3. Selanjutnya dengan UU No. 1 Tahun 1957 nama Kota Kecil Tanjungbalai diganti menjadi Kotapraja Tanjungbalai.
Sementara itu tercatat pula 13 Kepala Daerah yang pernah memimpin Kota Tan-jungbalai sejak Tahun 1956 sampai sekarang yaitu :
1. Dt. Edwarsyah Syamsura [ 1956 – 1958 ]
2. Wan Wasmayuddin [ 1958 – 1960 ]
3. Zainal Abidin [ 1960 – 1965 ]
4. Syaiful Alamsyah [ 1965 – 1967 ]
5. Anwar Idris [ 1967 – 1970 ]
6. Patuan Naga Nasution [ 1970 – 1975 ]
7. H. Bahrum Damanik [ 1975 – 1980 ]
8. Drs. H. Ibrahim Gani [ 1980 – 1985 ]
9. Ir. H. Marsyal Hutagalung [ 1985 – 1990 ]
10. H. Bachta Nizar Lubis, SH. [ 1990 – 1995 ]
11. Drs. H. Abdul Muis Dalimunthe [ 1995 – 2000 ]
12. dr. H. Sutrisno Hadi, Sp.OG dan [ 2000 – 2005 ] Mulkan Sinaga sebagai Wakil Walikota.
13. DR. H. SUTRISNO HADI, Sp.OG dan [ 2005 – Sekarang]
Drs. H. THAMRIN MUNTHE, M.Hum
Dari tahun ke tahun Kota Tanjungbalai terus berkembang, para pendatang dari berbagai tempat dengan tujuan untuk berdagang, kemudian menetap di Tanjungbalai, sehingga kota ini telah menjadi kota yang berpenduduk padat.
Sebelum Kota Tanjungbalai diperluas dari hanya 199 Ha. (2 Km² ) menjadi 60 Km², kota ini pernah menjadi kota terpadat di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk lebih kurang 40.000 orang dengan kepadatan penduduk lebih kurang 20.000 jiwa per Km².
Akhirnya Kota Tanjungbalai diperluas menjadi ± 60 Km² dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1987, tentang perubahan batas wilayah Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan, saat ini Kota Tanjungbalai terdiri dari 5 Kecamatan.
Berdasarkan SK. Gubsu No. 146.1/3372/SK/1993 tanggal 28 Oktober 1993 desa dan kelurahan telah dimekarkan menjadi bertambah 5 desa dan 7 kelurahan persiapan sehingga menjadi 19 desa dan 11 kelurahan di Kota Tanjungbalai. Berdasarkan Perda No.23 Tahun 2001 seluruh desa yang ada telah berubah status menjadi Kelurahan, sehingga saat ini Kota Tanjungbalai terdiri dari 30 Kelurahan.
Dengan keluarnya Peraturan Daerah (Perda) Kota Tanjungbalai Nomor 4 Tahun 2005 tanggal 4 Agustus 2005 tentang pembentukan Kecamatan Datuk Bandar Timur dan Nomor 3 Tahun 2006 tanggal 22 Pebruari 2006 tentang Pembentukan Kelurahan Pantai Johor di Kecamatan Datuk Bandar, maka wilayah Kota Tanjungbalai menjadi 6 Kecamatan dan 31 Kelurahan. Adapun Kecamatan yang ada di Kota Tanjungbalai adalah sebagai berikut :
1. Kecamatan Datuk Bandar.
2. Kecamatan Datuk Bandar Timur.
3. Kecamatan Tanjungbalai Selatan.
4. Kecamatan Tanjungbalai Utara.
5. Kecamatan Sei Tualang Raso.
6. Kecamatan Teluk Nibung
Kota Tanjungbalai terletak diantara 2° 58' LU dan 99° 48' BT, dengan luas wilayah 60,529 Km² ( 6.052,9 Ha.) berada dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Asahan dengan batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Simpang Empat.
2. Sebelah Utara dengan Kecamatan Tanjungbalai.
3. Sebelah Timur dengan Kecamatan Sei Kepayang.
4. Sebelah Barat dengan Kecamatan Simpang Empat.

KEGIATAN IKATAN MAHASISWA TANJUNGBALAI JOGJAKARTA

Secara keseluruhan program kerja yang telah terealisasi adalah sebagai berikut :

- Musyawarah Besar setahun sekali.

- Rapat rutin pengurus yang diadakan sebulan sekali setiap hari minggu pertama di sekretariat.

- Sosialisasi IMTA dengan Organisasi pendidikan serta perguruan tinggi swasta kesekolah- sekolah tingkat atas di Tanjungbalai.

- Melestarikan tarian melayu sebagai budaya khas daerah Tanjungbalai dan latihan marhabanan sebulan sekali.

- Diskusi rutin setiap dua bulan sekali yaitu mengenai masalah budaya, sosial, pendidikan dan perkembangan kota Tanjungbalai.

- Kaderisasi dan keakraban sebagai penyambutan calon mahasiswa baru Tanjungbalai yang melanjutkan studi ke Jogjakarta.

- Silaturrahmi dan ramah - tamah dengan pimpinan pemerintah kota Tanjungbalai

- Menjalin hubungan dengan organisasi kedaerahan atau sosial kemasyarakatan yang ada di Jogjakarta maupun di Tanjungbalai.

- Olah raga rutin, seperti Sepak takrau, Badminton.

- Halal bi- halal dengan orang tua Tanjungbalai yang berdomisili di Jogjakarta.

- Bebuka bersama setiap Bulan Ramadhan serta Tadarus.

- Pengajian berupa yasinan dan ceramah agama.

- Bakti Sosial, yaitu menyalurkan pakaian layak pakai kepada masyarakat yang membutuhkan diJogjakarta.

Sejarah singkat Ikatan Mahasiswa Tanjung balai-Jogjakarta (IMTA-JOGJA)

Sebenarnya pada tahun delapan puluhan organisasi mahasiswa yang bersifat kedaerahan ini sudah terbentuk. Pada saat itu yang menjadi ketuanya adalah Bapak Maladi. Banyaknya jumlah pelajar dan Mahasiswa dari Tanjung balai Sumatera Utara menjadi pemicu terbentuknya organisasi ini. Karena kurangnya informasi tentang pelajar daerah yang melanjutkan studi ke Yogyakarta membuat roda kepengurusan organisasi ini tak bertahan lama. Ditambah karena tidak ada hubungan komunikasi antara pengurus dengan anggota dan dengan pemerintah daerah.

Pada pertengahan tahun 1998. Dedi Syafri dan Armein Daulay membentuk kembali sebuah organisasi IMTA – YO (Ikatan Mahasiswa Tanjung balai Yogyakarta) sempat menjalankan beberapa program kerja yang dilaksanakan di Yogyakarta dan di Tanjung balai yang menyeru ke bidang Pendidikan dan kemahasiswaan. Namun lagi-lagi terbentur karena kurangnya komunikasi dan informasi.

Kemudian pada tahun 2000 beberapa mahasiswa yang berasal dari Tanjungbalai : Yasser Arafat Ritonga, Muhammad Haris, Ashadi Marpaung, Muzakkir, Dedi Ariamto, Ibrahim Ali dan Msdaryono Sitorus menghidupkan kembali organisasi ini dengan nama IMTA – JOGJA. Peride pertama di ketuai oleh Muhammad Haris kemudian pada periode kedua dipimpin oleh Yasser Arafat Ritonga, periode ketiga oleh Hermansyah Putra Panjaitan, periode keempat Hardianto Siagian. Saat ini anggota yang terdaftar mencapai 52 orang. Anggota terdiri dari mahasiswa yang berasal dari Tanjungbalai, Asahan dan sekitarnya.

Beberapa anggota IMTA – JOGJA juga memegang peran penting dalam organisasi kemahasiswaan dan Unit Kegiatan Mahasiswa di lingkungan kampus mereka masing-masing, Dari kampus yang berstatus Negeri sampai kampus Swasta yang ada di Jogjakarta.

IMTA- JOGJA juga aktif berperan serta membangun jaringan informasi dan komunikasi antar anggota dan antar daerah. Organisasi yang mengedepankan pendidikan dan kebudayaan ini telah banyak melakukan kegiatan baik di Jogjakarta maupun di daerah Tanjungbalai Sumatera Utara.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger